Minggu, 08 Januari 2012

TAHAPAN PENILAIAN FORTOPOLIO


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dalam pendidikan, tiga hal berikut harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem penilaiannya (Surapranata dan Hatta, 2006), dan ketiganya harus dikuasai secara seimbang. Lemah dalam salah satu hal, lemah juga sebagai seorang guru profesional, dengan akibat gagal mencapai output dan outcome yang diharapkan. Paham sekali tentang kurikulum, juga paham sekali tentang proses pembelajaran, tetapi lemah pemahamannya dalam penilaian, berakibat fatal bagi peserta didik karena “nilai” bagi peserta didik adalah “nasib” baginya. Salah guru menilai berarti menjatuhkan vonis yang tidak semestinya kepada anak didiknya. Sebaliknya, takut menilai apa adanya juga menjatuhkan vonis buruk kepada mereka, juga tidak memberikan gambaran yang benar kepada pengguna lulusan (user, stakeholder).
Di samping ada alat-alat ukur subjektif (esei), objektif (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, dan benar-salah), dan penampilan (performance), sekarang mulai dikenal adanya alat ukur portofolio. Meskipun di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 20, Tahun 2007, tentang Standar Penilaian portofolio tidak secara eksplisit disebutkan sebagai salah satu alat ukur penilaian, tidak dinafikan untuk dipakai dalam penilaian baik proses maupun produk pembelajaran karena berbagai kelebihan yang dimiliki jenis penilaian tersebut. Apalagi, jenis penilaian portofolio ini oleh pemerintah ditetapkan sebagai satu- satunya alat sertifikasi guru-guru.
Arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose papers, pictures, or phamplets (semacam map, kotak, atau tas yang fleksibel untuk dipakai membawa surat-surat (dokumen-dokumen) lepas, gambar-gambar, atau pamfle-pamfet lepas). Jadi, portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang yang berupa kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu, seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang telah dicapainya (Soewandi, 2005).
Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan adalah penilaian. Penilaian yang dilakukan oleh guru harus disesuaikan dengan proses pembelajaran di kelas. Salah satu penilaian yang sering dilakukan oleh guru adalah penilaian portofolio. Di dalam penilaian portofolio dikenal istilah evidence yaitu dokumen yang dimiliki peserta didik sebagai dasar untuk penilaian otentik (authentic assessment) atau penilaian penampilan (performance assessment) yang berupa gambar, kumpulan gambar, album, video, tape, kaset, disket, dan draft. Evidence yang telah dimasukkan ke dalam portofolio harus dinilai. Untuk menjamin kesesuaian antara hasil yang dikerjakan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan dalam kurikulum, guru harus membuat penilaian portofolio yang tepat dengan menggunakan format penilaian yang akurat.
Agar penilaian yang dilakukan oleh guru adil transparan, objektif, dan mudah dimengerti oleh semua pihak, guru harus memastikan dengan benar kriteria yang akan digunakan untuk kelompok maupun peserta didik secara individu. Dalam pengembangan penilaian portofolio khususnya guru biasanya melakukan pemantauan kemajuan peserta didik dibandingkan dengan peta kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman yang terdapat di dalam kurikulum.
Kemampuan peserta didik di kelas bervariasi dari yang kurang mampu sampai dengan yang sangat mampu. Oleh karena itu, guru harus membuat kriteria yang mencakup rentang kemampuan yang jelas mulai dari kemampuan yang kurang sampai kemampuan yang tinggi. Kriteria penilaian harus mudah dikomunikasikan kepada peserta didik, orang tua, ataupun pihak lain sehingga mereka dengan mudah memahami kriteria yang dimaksud. Untuk memenuhi ha l-hal tersebut, perlu dikembangkan format penilaian yang dapat digunakan oleh siapa saja (guru yang berbeda) dan dapat menghasilkan pengertian yang sama untuk hasil kerja yang sama.
Akan tetapi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio. Portofolio hanya terdiri dari kumpulan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum (Depdiknas, 2004). Ini pun difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan, atau tidak dapat dijawab, atau tidak dapat dipecahkan oleh siswa (Depdiknas, 2004). Kata kumpulan dokumen dalam definisi itu harus diartikan sebagai dokumen-dokumen yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi (Surapranata dan Hatta, 2004); dan waktu penyelesaian tugas dibatasi, dan hanya dipilih yang sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan
Portofolio merupakan salah satu metode yang digunakan yang dapat menolong guru untuk mengkoleksi dan mencatat evidence yang menunjukkan hasil belajar peserta didik. Penilaian portofolio merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran yang dewasa ini menjadi salah satu altenatif pilihan bagi para guru. Kemampuan peserta didik di kelas bervariasi dari yang kurang mampu sampai ke yang sangat mampu. Guru harus mampu membuat suatu kriteria penilaian yang mencakup rentang kemampuan yang jelas. Guru di sekolah pada kenyataannya malas melakukan penilaian portofolio karena dianggap sulit. Sebenarnya penilaian portofolio tidaklah sulit jika guru mau melaksanakannya sesuai tahapan. Tentunya proses penilaian portofolio sangat menentukan keberhasilan program pengajaran. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai tahapan penilaian portofolio, yang dimulai dari penentuan tujuan, isi portofolio, kriteria penilaian, penetuan format penilaian, penetuan koleksi (collection), penentuan menyeleksi evidence (selection), refleksi (reflection), hubungan (conection).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kami menyusun makalah ini dengan judul
“TAHAPAN PENILAIAN PORTOFOLIO”

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.2.1   Bagaimanakah penentuan tujuan, isi, dan kriteria dalam penilaian portofolio?
1.2.2   Bagaimanakah format penilaian, pengamatan dan penilaian portofolio?
1.2.3   Bagaimanakah tahapan koleksi, seleksi dan refleksi dalam penilaian portofolio?
1.2.4   Bagaimanakah pertemuan, sumber dan pengorganisasian dan koneksi sebagai tahapan dalam penilaian portofolio?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1   Mendeskripsikan penentuan tujuan, isi, dan kriteria dalam penilaian portofolio.
1.3.2   Mendeskripsikan format penilaian, pengamatan dan penilaian portofolio.
1.3.3   Mendeskripsikan tahapan koleksi, seleksi dan refleksi dalam penilaian portofolio.
1.3.4   Memaparkan pertemuan, sumber dan pengorganisasian dan koneksi sebagai tahapan dalam penilaian portofolio.

1.4    Manfaat
Adapun manfaat yang kami harapkan dari penulisan makalah ini antara lain adalah untuk mengetahui secara utuh dan menyeluruh tentang tahapan dalam penilaian portofolio, sehingga nantinya bisa menerapkan tahapan penilaian portofolio dalam pembelajaran di kelas dengan tepat dan akurat.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Penentuan Tujuan Penilaian Portofolio
Hal yang paling utama dalam penilaian portofolio adalah adanya tujuan (purpose) yang menunjukkan arah dan fokus dari portofolio yang akan digunakan. Penentuan tujuan penggunaan portofolio sangat penting mengingat tanpa adanya tujuan, guru maupun peserta didik tidak akan terarah dan cenderung untuk mengerjakan portofolio seadanya. Sebagai contoh, apakah tujuan digunakan portofolio untuk memantau proses pembelajaran (process oriented) atau mengevaluasi hasil akhir (product oriented)? Untuk proses pembelajaran atau alat untuk penilaian? Memantau perkembangan peserta didik atau mengoleksi evidence peserta didik? (Dumeh, 2010).
Depdiknas (dalam Soewandi, 2004) menyebutkan enam langkah penyusunan portofolio dengan langkah pertama adalah menentukan tujuan atau fokus portofolio. Di dalam langkah ini guru melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1.    Menentukan tujuan penilaian dengan protofolio: apakah untuk memantau proses pembelajaran (process oriented), atau mengevaluasi hasil belajar (product oriented), atau keduanya.
2.    Menentukan untuk apa penilaian dengan portofolio digunakan: apakah untuk menunjukkan proses pembelajaran kepada orang tua, atau penilaian pada akhir pembelajaran, atau pada akhir jenjang pendidikan.
3.    Menentukan relevansi (kaitan) antara evidence dan tujuan (kompetensi) yang akan dinilai: perlu ditentukan apakah ada penilaian diri, audio, esai; apakah boleh dikerjakan bersama (kelompok).
4.    Menentukan seberapa banyak evidence yang ada di portofolio akan digunakan sebagai bahan penilaian.
5.    Menentukan kompetensi (standar, dasar, dan indikator) apa yang ketercapaiannya hendak dinilai dengan portofolio.
6.    Menentukan evidence yang dikumpulkan: apakah hanya karya terbaik, atau pertumbuhan atau perkembangannya, atau keduanya.
7.    Menentukan apakah portofolio akan dipakai untuk penilaian formatif, atau sumatif, atau keduanya.
8.    Menetapkan siapa yang menentukan isi portofolio: apakah guru saja, atau guru dan siswa.
Menurut Anthoni J. Nitko (dalam Arifin, 2010) mengatakan bahwa ada enam tahap untuk menggunakan sebuah sistem portofolio (six steps for crafting a portfolio system), dengan tahap pertama adalah penentuan tujuan portofolio yang dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
1.    Mengapa portofolio itu akan digunakan?
2.    Tujuan pembelajaran dan kurikulum (kompetensi dasar) apa yang akan dicapai?
3.    Alat penilaian yang bagaimana yang tepat untuk menilai tujuan tersebut?
4.    Apakah portofolio akan difokuskan pada hasil pekerjaan yang baik, pertumbuhan dan kemauan belajar, atau keduanya?
5.    Apakah portofolio itu akan digunakan tes formatif, sumatif, diagnostik, atau semuanya?
6.    Siapa yang akan dilibatkan dalam penentuan tujuan, fokus dan pengaturan (organization) portofolio?
Beberapa hal yang sangat penting dalam penentuan tujuan penilaian portofolio adalah sebagai berikut:
1.    Guru harus menentukan tujuan portofolio, apakah guru akan memantau proses pembelajaran (process oriented) atau mengevaluasi hasil (product oriented). Jika guru ingin mengevaluasi baik proses maupun hasil evidence peserta didik, mungkin guru akan menggunakan portofolio dokumentasi.
2.    Guru harus menetapkan apakah penggunaan portofolio adalah untuk proses pembelajaran atau sebagai alat untuk penilaian.
3.    Guru harus menetapkan apakah penilaian portofolio dilakukan dalam rangka memantau perkembangan peserta didik ataukah guru hanya bermaksud mengoleksi evidence peserta didik.
4.    Guru harus menentukan pihak yang akan menjadi audience dan untuk apa portofolio digunakan. Apakah portofolio digunakan untuk menunjukkan proses pembelajaran yang sering berlangsung kepada orang tua, penilaian di akhir tahun pembelajaran, di akhir jenjang pendidikan atau memantau sistem pendidikan?
5.    Guru harus menentukan relevansi antara evidence peserta didik dengan tujuan yang akan dinilai. Apakah penilaian diri (self assessment), open ended, esai, audio atau akan digunakan sebagai bagian portofolio? Apakah guru akan memperbolehkan hasil kerjasama peserta didik?
6.    Guru harus menentukan seberapa banyak portofolio akan digunakan untuk bahan penilaian, apakah  portofolio berisi evidence peserta didik yang begitu banyak dan luas atau hanya berisi evidence pilihan saja? Apakah seluruh evidence yang dipilih dapat menunjukkan kompetensi dasar dan atau indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Penentuan tujuan portofolio akan sangat berpengaruh terhadap penggunaan jenis portofolio (penilaian portofolio, kerja, penilaian portofolio dokumentasi, atau penilaian portofolio penampilan). Tujuan portofolio juga berpengaruh pada isi dan seleksi portofolio, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi dan cara yang digunakan untuk melaporkan hasil belajar yang dicapai peserta didik. Satu prinsip yang perlu diingat dalam berbagai langkah yang dilakukan adalah perlunya melibatkan peserta didik semaksimal mungkin.
Tujuan utama dilakukannya portofolio adalah untuk menentukan evidence peserta didik dan proses bagaimana evidence tersebut diperoleh sebagai salah satu bukti yang dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik yaitu telah mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Stenmark (dalam Surapranata dan Hatta, 2004) menyarankan proses seleksi untuk meningkatkan partisipasi dan kepemilikan peserta didik dan juga guru. Peserta didik memilih dan menyatukan semua pekerjaan mereka dalam portofolio, kemudian guru menyeleksi evidence yang telah memenuhi kategori tertentu.
Penilaian yang valid tentunya tidak boleh mencampurbaurkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kemampuan peserta didik yang hendak dicapai dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang terdapat dalam kurikulum. Banyak faktor untuk menilai termasuk faktor formal yang berkaitan dengan isi materi seperti texture, design, dan teknik penyelesaian.
Tabel 1. Contoh Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator , dan Materi Pembelajaran untuk mata pelajaran Fisika SMA kelas  X .
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pembelajaran
Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya
Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu)
a.    Menjelaskan pengertian besaran pokok dan besaran turunan
b.   Mengklasifikasikan  besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya
c.    Menentukan dimensi suatu besaran dan menerapkannya dalam analisis dimensi
d.   Menyebutkan  alat-alat ukur massa, panjang dan waktu
e.    Menggunakan alat-alat ukur massa,panjang dan waktu
f.    Membaca hasil pengukuran massa,panjang dan waktu

a.       Besaran pokok dan satuannya
b.      Besaran turunan dan satuannya
c.       Dimensi Besaran Pokok  dan Besaran Turunan
Pengukuran dan Angka Penting
Di Australia selatan, terdapat sebuah pedoman yang dinamakan The Student Need Assessement procedures (SNAP) yang dirancang untuk untuk menolong guru yang baru mengajar untuk menilai kemampuan peserta didik berbahasa, dan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris sebagai bahasa kedua. SNAP ditujukan untuk penilaian formatif maupun sumatif, untuk menyediakan informasi dalam mendiagnosa kelebihan dan kelemahan peserta didik dalam berbahasa Inggris. Portofolio dilakukan berdasarkan fakta kemampuan berbicara (oral) dan menulis (written).
1.    Oral
Dua sampel diambil dari:
1)   Retelling a story
2)   Reporting on a process
3)   Giving an opinion
2. Written
Tiga sampel diambil dari:
1)   A recount
2)   An argument
3)   A narrative or a report
(Surapranata dan Hatta, 2004)
2.2  Penentuan Isi Portofolio
Tahapan berikutnya dalam penilaian portofolio setelah tujuan penilaian ditetapkan adalah menentukan isi portofolio. Hal yang paling penting adalah isi dan bahan penilaian portofolio harus mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Isi portofolio haruslah menunjukkan kemampuan peserta didik yang sesuai dengan apa yang diharapkan pada standar kompetensi, kompetensi dasar, atau indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum.
Menurut Anthoni J. Nitko (dalam Arifin, 2010), langkah kedua dalam tahapan portofolio adalah menentukan isi portofolio. Isi portofolio harus menunjukkan kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Untuk itu semua kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas harus selalu diamatai dan dinilai.
Menurut Surapranata dan Hatta (2004), langkah kedua dalam tahapan portofolio adalah menentukan aspek isi yang dinilai. Di dalam lanagkah ini guru melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1.    Menentukan hanya karya terbaik siswa, atau karya yang berisi perkembangan belajarnya
2.    Menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa yang menjadi aspek utama untuk dinilai
3.    Menentukan banyaknya evidence yang akan digunakan sebagai bahan penilaian.
Berdasarkan poin ke-2 di atas berarti tidak setiap kompetensi dasar merupakan isi portofolio.
Menurut A.A.Istri N. Marhaeni (2006) langkah kedua dalam tahapan penilaian portofolio adalah merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.
Dari pendapat di atas, maka ada beberapa hal yang sangat peting dalam penentuan isi penilaian portofolio, yakni sebagai berikut:
1.    Guru harus menentukan isi portofolio yang akan dilaksanakan.
2.    Guru harus menunjukkan hubungan antara pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan dalam kurikulum.
3.    Guru harus menentukan banyaknya portofolio yang akan digunakan sebagai bahan penilaian. Apakah portofolio berisi evidence peserta didik yang begitu banyak dan luas atau hanya berisi evidence pilihan saja? Apakah seluruh karya peserta didik atau karya peserta didik yang terpilih dapat menunjukkan kompetensi dasar dan atau indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
4.    Guru harus menentukan relevansi antara evidence peserta didik dengan tujuan yang akan dinilai. Apakah penilaian diri (self assessment), open ended, esai, audio, akan digunakan sebagai bahan penilaian portofolio.
5.    Guru harus menentukan bagaimana surat tugas dikerjakan oleh peserta didik. Apakah evidence dikerjakan sendiri oleh peserta didik, kerja kelompok, atau pertolongan guru.
Diagram di bawah ini menunjukkan sumber penilaian portofolio untuk pelajaran sains.













2.3  Kriteria Penilaian Portofolio
Dalam pelaksanaan penilaian portofolio, setelah tujuan dan isi dari penilaian portofolio itu ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah penentuan kreteria.







Strategi
 

 
Kriteria
 
 








evidence
 
 



Menurut A.A. Istri N. Marhaeni (2006) langkah ketiga dalam tahapan penilaian portofolio adalah mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis. Hal senada juga dikatakan oleh Anthoni J. Nitko (dalam Arifin, 2010), langkah ketiga dalam tahapan portofolio adalah mengembangkan kriteria penilaian yang dirimuskan dengan jelas, baik yang berhubungan dengan proses pembelajaran maupun hasil belajar yang diharapkan. Kriteria penilaian sangat bergantung kepada kompetensi, cara menilai dan evidence yang dinilai.
Kreteria penilaian yang akan digunakan dalam portofolio dapat segera di buat untuk meyakinkan bahwa isi yang akan dimasukkan kedalam portofolio telah benar-benar mengandung evidence yang diharapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar. Dalam penggunaan sebuah penilaian portofolio dalam proses dan hasil belajar dapat menjamim terjaganya mutu, bilamana kriteria yang tercantum jelas.
Beberapa hal yang menjadi pertanyaan dalam pengembangan kriteria penilaian antara lain:
1.         Apa yang digunakan untuk mengukur tujuan tersebut?
2.         Strategi apa yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan?
3.         Evidence mana yang akan dipilih untuk dimasukkan ke dalam portofolio dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan?
Penggunaan penilaian portofolio dapat menjamin mutu pendidikan apabila kriteria tentang proses yang harus ditempuh dan hasil yang diharapkan, tentu sulit diharapkan akan membawa manfaat bagi perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, guru perlu merumuskan kriteria yang jelas, baik yang berhubungan dengan proses pembelajaran maupun hasil yang diharapkan. Dalam proses portofolio guru harus menentukan dengan jelas:
1.         Apa saja yang perlu dilakukan oleh peserta didik
2.         Bagaimana peserta didik melakukannya
3.         Waktu yang diperlukan
4.         Prasyarat yang perlu dimiliki
5.         Sarana dan prasarana yang harus digunakan
Hal-hal yang pelu diperhatikan dalam menentukan kriteria penilaian portofolio antara lain:
1.      Kriteria yang dikembangkan harus sesuai dengan indicator pencapaian hasil belajar.
2.      Kriteria yang dikembangkan harus mencakup rentang kemampuan yang jelas mulai dari kemampuan yang kurang sampai kemampuan yang baik.
3.      Kriteria yang dikembangkan juga harus mudah dikomunikasikan kepada siswa, orang tua, ataupun pihak lain sehingga mererka dapat dengan mudah memahami Kriteria yang dimaksud.
4.      Kriteria penilaian haruslah terbebas dari perbedaan jenis kelamin siswa jangan sampai terjadi lebih baik untuk lak-laki atau sebaliknya.
5.      Kriteria penilaian harus dapat digunakan oleh siapa saja (guru yang berbeda) dan dapat menghasilkan pengertian yang sama untuk hasil kerja yang sama.
Kriteria penilaian sangat bergatung pada karakteristik kompetensi dasar yang telah ditentukan. Kriteria penilaian juga sangat bergantung kepada bagaimana cara kita menilai dan portofolio yang akan dinilai. Beberapa variasi penggunaan kriteria penilaian antara lain:
1.    Kurang Baik,  Baik, Baik Sekali, atau
2.    Jelek Sekali,  Jelek, Sedang, Baik, Baik Sekali
Kriteria penilaian dapat juga menggunakan angka 1 sampai dengan 10. Kriteria penilaian untuk portofolio penampilan dapat pula langsung dikembangkan dari hasil belajar dan indicator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan.
Menilai sebuah proses dan hasil suatu penilaian dalam portofolio memerlukan adanya  kreteria yang memadai. Menurut, Farida (2000) kreteria penilaian portofolio itu haruslah mengacu pada :
1.    Kebutuhan, ideal, dan nilai-nilai        
2.    Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan
3.    Ketepatan efektivitas training
4.    Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya.
Menentukan sebuah kreteria, berarti menetukan apa dan bagaimana standar yang diperlukan sebagai tolak ukur penilaian. Menurut Committee on standart for educational evaluation (Farida, 2000) standar sebuah kreteria penilaian tersebut sebagai berikut:
1.    Utility (bermanfaat dan praktis)
2.    Accuracy (secara teknik tepat)
3.    Feasibility (realistik dan teliti)
4.    Proppriety (dilakukan dengan legal dan etik)


2.4  Penentuan Format Penilaian Portofolio
Tahap selanjutnya setelah dilakukan penentuan terhadap kriteria penilaian adalah menentukan format penilaian dari portofolio tersebut. Dalam format penilaian yang ditentukan ini, semua kriteria penilaian yang telah ditentukan sebelumnya harus tertuang daalam format penilaian. Suatu format penilaian juga harus mampu digunakan untuk menilai pencapaian kemampuan pesarta didik sesuai dengan tujuannya, yang dalam hal ini adalah standar kompetensi, kompetensi  dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar. Format penilaian portofolio pada umumnya tidak menggunakan angka. Hal ini dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan pemahaman guru dan peserta didik bahwa segala sesuatu dapat dinyatakan dengan angka. Adapun beberapa contoh format penilainnya adalah sebagai berikut misalnya dalam pendidikan agama, kriteria penilaian yang ditentukan adalah kurang, sedang, dan baik sekali. Sedangkan untuk mata pelajaran Matematika misalnya menggunakan angka dari 1 sampai 10, untuk mata pelajaran Bahasa Inggris misalnya jelek sekali, jelek, sedang, baik, dan baik sekali sebagaimana dikatakan oleh Anthoni J. Nitko (dalam Arifin, 2010), langkah keempat dalam tahapan portofolio adalah menyusun format penilaian, sebagaimana isi dan kriteria penilaian portofolio maka format penilaian portofoliopun harus mengacu pada tujuan. Format penilaian banyak modelnya, salah satunya bisa menggunakan model skala dengan tiga kriteria, seperti: baik, cukup, dan kurang.
Dengan memperhatikan beberapa contoh format portofolio seluruh peserta didik akan berusaha untuk mencapai kompetensi dasar maupun indikator yang telah tertuang dalam format penilaian yang ditentukan. Dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator tersebut, dapat dilakukan siswa secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri atas bantuan guru. Bantuan guru di sini sangat penting dan perlu untuk dilakukan. Hal ini  dikarena seoarng guru harus menyajikan  atau memberikan tugas-tugas untuk peserta didik yang sesuai dengan tujuan yaitu yang dituntut dalam kompetensi dasar. Hendaknya guru mengkomunikasikan kepada peserta didik mengenai tujuan dari dilakukannya portofolio ini agar peserta didik mengetahui dengan pasti untuk pada dan target apa yang harus mereka capai. Dengan diketahuinya tujuan dilakukannya portofolio, peserta didik cenderung untuk bekerja dan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan. Selain itu, dengan diketahuinya tujuan tersebut oleh peserta didik, mereka dapat dengan mudah mengetahui terjapai tidaknya standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator setelah hasil evidence dikembalikan dan dikomentari oleh  guru. Hal ini juga dilaksanakan agar pelaksanaan penilaian dilakukan secara adil dan pesrta didik diharapkan dapat bekerja secara optimum untuk  memprolehhasil yang terbaik.
Tabel 2. Berikut ini adalah contoh format penilain portofolio dalam mata pelajaran fisika untuk SMA kelas X    
Kompetensi Dasar:
Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu)
Nama Peserta Didik:
Tanggal                    :
Indikator
Penilaian
Buruk sekali
Buruk
Sedang
Baik
Baik sekali
1.      Memilih dan menggunakan alat ukur yang tepat
2.      Mampu membaca dan melaporkan hasil pengukuran besaran fisika  sesuai aturan penulisan angka penting, dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan
3.      Mendefinisikan dimensi suatu besaran pokok
4.      Menggunakan analisis dimensional untuk menganalisis bagaimana suatu besaran tersusun atas besaran pokok
5.      Menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah






Dicapai melalui
1.    Pertolongan guru
2.    Seluruh kelas
3.    Kelompok kecil
4.    Sendiri
Komentar guru:

Komentar orang tua:







2.5  Pengamatan dan Penilaian Portofolio
       Setelah format portofolio ditentukan dan dibuat, maka tahapan selanjutnya dalam penilaian portofolio ini adalah melengkapi format penilaian tersebut, yaitu dengan  mengadakan pengamatan dan penilaian terhadap evidence yang dihasilkan peserta didik. Hal ini berarti, seluruh evidence yang masuk dalam portofolio  harus diamati dan dinilai. Penilaian di sini tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga oleh siswa di mana dalam penilaian portofolio sering diistilahkan dengan self assessment. Dalam melakukan pengamatan dan penilaian evidence peserta didik, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru. Adapun hal-hal tersebut antara lain:
1.    Guru harus membedakan antara penilain portofolio secara individu, kelompok kecil, atau kelompok besar.
2.    Guru harus membuat penilaian portofolio yang sessuai mungkin dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang telah ditentukan dalam kurikulum.
3.    Guru harus membuat kriteria yang membedakan antara penilaian portofolio untuk kelompok dan untuk peserta didik secara individu. Hal ini dilakukan jika hal tersebut dipandang perlu.
4.    Guru harus membuat kriteria yang sesuai dengan potensi dasar maupun indikator pencapaian hasil belajar.
5.    Guru harus membuat kriteria yang mencakup rentang kemampuan yang jalas mulai dari kemampuan yang kurang sampai kemampuan yang baik. Selain itu kriteria itu juga mudah untuk dikomunikasikan kepada peserta didik, orang tua, maupun pihak lain sehingga mudah untuk dipahami.
6.    Kriteria penilaian haruslah terbebas dari perbedaan jenis kelamin peserta didik. Tidak dibenarkan jika kriteria yang dibuat lebih baik untuk laki-laki maupun sebaliknya. Dan hal dapat diantisipasi oleh guru agar hal tersebut jangan sampai terjadi.    
7.    Kriteria penilaian harus dapat digunakan oleh siapa saja (guru yang berbeda) dan dapat menghasilkan pengertian yang sama untuk evidence yang sama.

Dalam tahapan pengamatan dan penilaian ini, guru dapat meminta peserta didik untuk memberikan komentarnya sendiri terhadap pekerjaan yang ia hasilkan. Hal ini dipandanga perlu, karena dengan penilaian diri (self assessment) ini guru dapat secara utuh melihat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Penilaian diri ini sesungguhnya tidak semudah yang dibayangkan. Peserta didik dituntut memiliki kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge), dan keyakinan diri (confidence) untuk mengevaluasi proses yang sedang mereka kerjakan, kerja, danperkembanagn hasil kerjanya ketika mereka bekerja sebagai pelajar yang mandiri.
Dalam self  assessment, skala rating (rating scale) dapat digunakan untuk mencatat partisipasi peserta didik dalam kelompok diskusi. Peserta didik mengisi kuesioner dengan pernyataan tidak pernah, jarang sekali, jarang, dan selalu. Adapun contoh bentuk penilaian diri adalah sebagai berikut:
PENILAIAN DIRI (SELF ASSESSMENT)  
1.      Nama……………………………………………………………………….
2.      Anggota kelompok…………………………………………………….......
3.      Kegiatan kelompok…………………………………………………………
4.      Untuk pertanyaan 1) sampai dengan 5), tulis masing-masing huruf sesuai dengan pendapatmu.
A = selalu
B = jarang
C = jarang sekali
D = tidak pernah
1)      ______ selama diskusi saya memberikan saran kepada kelompok untuk didiskusikan.
2)      ______ ketika kami berdiskusi, setiap anggota memberikan masukan untuk didiskusikan.
3)      ______ semua anggota kelompok harus melakukan sesuatu dalam kegiatan kelompok.
4)      ______ setiap anggota kelompok mengerjakan kegaiatn sendiri dalam kegiatan kelompok.
5)      ______ selama kegiatan kelompok saya…..
______ mendengarkan                 ______ mengendalikan kelompok
______ bertanya                          ______ mengganggu kelompok
______ merancang gagasan         ______ tidur
6)      Selama kegiatan kelompok tugas apa yang kamu lakukan?
____________________________________________________________

      Dalam penilaian portofolio, bukan hanya hasil akhir belajar peserta didik yang dinilai, tetapi juga bagaimana proses dari pembelajaran tersebut. Hal ini penting dilakukan agar peserta didik benar-benar memahami materi yang diberikan. Guru perlu menyiapkan satu buku khusus untuk membuat berbagai catatan portofolio. Dalam buku tersebut dicacat indentitas setiap peserta didik dan perkembangan yang dialami oleh setiap peserta didik.   Informasi yang dimaksud adalah informasi yang diperoleh pada pertemuan portofolio, catatan-catatan khusus berhubungan dengan peserta didik, informasi diagnostik, dan informasi lain yang berhubungan dengan proses pembelajaran.
Informasi yang didapatkan tersebut sangat bermanfaat bagi guru untuk dapat mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kurikulum, pengajaran, pembuatan evaluasi, pembuatan laporan kepada orang tua/ wali peserta didik. Dalam buku tersebut juga disediakan sejumlah halaman untuk menbuat cacatan-catatan bagi setiap peserta didik.  Dalam menjawab pertanyaan pengaruh portofolio berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik tidaklah mudah. Hal yang penting adalah prinsip nilai tambah ”value-added principle” dapat digunakan dalam penilaian, yaitu pera pengembang portofolio memilih evidence peserta didik.  
2.6 Tahapan Koleksi Dalam Penilaian Portofolio
Apabila semua evidence telah dikerjakan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, langkah selanjutnya adalah mengkoleksi semua evidence tersebut. Dalam mengoleksi evidence peserta didik, hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru antara lain:
1.      Pastikan bahwa peserta didik memiliki berkas portofolio
Hal-hal yang dilakukan oleh guru untuk memastikan bahwa peserta didik telah memiliki berkas portofolio yaitu sebagai berikut:
1)        Menentukan bentuk dokumen atau hasil pekerjaan yang perlu dikumpulkan.
2)        Peserta didik mengumpulkan dan menyimpan dokumen dan hasil pekerjaannya.
3)        Menentukan kriteria penilaian yang digunakan.
4)        Mengharuskan peserta didik menilai hasil pekerjaannya sendiri secara berkelanjutan.
5)        Menentukan waktu dan menyelenggarakan pertemuan portofolio.
6)        Melibatkan orang tua dalam proses penilaian portofolio.
2.        Bahan Penilaian
Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai bahan penilaian porofolio disekolah   antara lain:
1)        Penghargaan tertulis
2)        Penghargaan lisan
3)        Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas-tugas oleh peserta didik
4)        Daftar ringkasan hasil pekerjaan
5)        Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok
6)        Contoh hasil pekerjaan
7)        Catatan/laporan dari pihak relevan
8)        Daftar kehadiran
9)        Hasil ujian/tes
10)    Persentase tugas yang telah selesai dikerjakan
11)    Catatan tentang peringatan yang diberikan guru manakala peserta didik melakukan kesalahan.
Bahan-bahan tersebut dapat dipilih dan ditentukan yang dipandang relevan saja dan dapat pula ditambah dengan berbagai bahan lain apabila dipandang relevan dan perlu. Guru diharapkan tidak melakukan secara sepihak dalam menentukan bahan penilaian tersebut, tetapi dengan ikut melibatkan peserta didik melalui proses diskusi. Melalui proses diskusi tersebut perlu dicapai kesepakatan bersama tentang bahan yang perlu dikumpulkan, cara mengumpulkannya, dan kriteria penilaiannya. Hal ini penting supaya peserta didik mempunyai kesempatan untuk menyatakan kesulitan atau masalah yang mungkin mereka hadapi ketika mengumpulkan bahan-bahan tersebut. Namun yang lebih penting dari itu, proses pengambilan keputusan dengan diskusi semacam ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri peserta didik untuk bekerja sesuai dengan yang diharapkan.
3.         Pengumpulan Bahan
Setelah ditentukan dan dipastikan bahwa setiap peserta didik telah membuat dan memilih berkas portofolio, selanjutnya perlu ditentukan cara mengumpulkan dan menyusunnya dalam berkas portofolio yang telah disediakan, kemudian menentukan dimana dan bagaimana menyimpannya. Penggunaan penilaian portofolio dapat menjamin mutu pendidikan apabila dapat dirumuskan kriteria yang jelas tentang proses dan hasil yang ingin dicapai. Apabila tidak ada suatu kriteria tentang proses yang harus ditempuh dan hasil yang diharapkan, tentu sulit diharapkan akan membawa manfaat bagi perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, guru perlu dapat merumuskan kriteria yang jelas, baik berhubungan dengan proses pembelajaran maupun hasil yang diharapkan dapat dicapai.
Tahapan koleksi bukanlah tahapan yang mudah dilakukan. Tahapan ini memerlukan keterlibatan peserta didik untuk mengoleksi dan menempatkan evidence mereka pada suatu tempat yang telah disepakati dan ditentukan. Terdapat beberapa kendala dalam koleksi yaitu:
1.    Terkadang peserta didik dan guru tidak mengumpulkan semua evidence peserta didik.
2.    Terkadang peserta didik mengalami kebingungan untuk menempatkan evidence mereka mengingat tempat yang tersedia kurang memadai, penuh, atau karena alasan lain. Terlebih lagi, apabila evidence peserta didik tersebut adalah hasil kegiatan seni dan hasil kegiatan laboratorium.
3.    Terkadang peserta didik mengalami kesulitan untuk menggeneralisasi evidence mereka khususnya yang berkaitan dengan karya wisata, kerja sosial, dan hasil karya olahraga terkadang juga sulit.
Untuk mengatasi ketiga kendala tersebut, peserta didik yang dibantu guru harus sesegera mungkin menempatkan koleksi evidence mereka pada tempat yang aman.
2.7  Tahapan Seleksi Dalam Penilaian Portofolio
Tahapan berikutnya evidence dipilih dan disesuaikan sebagai bahan penilaian portofolio. Banyak sekali hal yang harus diperhatikan dengan evidence peserta didik ini, antara lain:
1.      Jenis sumber yang digunakan
2.      Banyaknya evidence yang dimasukkan/ditentukan sebagai bahan penilaian portofolio.
3.      Seringnya pengumpilan evidence dilakukan.
Proses seleksi evidence peserta didik yang akan dijadikan sebagai bahan penilaian portofolio sangatlah penting dan sangat mampengaruhi hasil penilaian yang dilakukan oleh guru. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru dalam penilaian portofolio antara lain:
1.      Guru harus menentukan pihak yang melakukan seleksi terhadap evidence peserta didik.
2.      Guru harus menentukan apakah peserta harus berkerjasama dengan guru dalam melakukan seleksi evidence peserta didik.
3.      Guru harus menentukan cara penyeleksian terhadap evidence peserta didik.
4.      Guru harus menentukan proses penilaian portofolio di kelas, termasuk sistem yang digunakan untuk melaksanakan portofolio, kemungkinan pihak yang memiliki akses keportofolio.
5.      Guru harus menentukan cara-cara pemilihan evidence peserta didik, khusunya dalam rangka meningkatkan refleksi diri dan penilaian diri.
6.      Guru harus mengembangkan prosedur untuk menyeleksi evidence peserta didik.
Dalam seleksi evidence peserta didik, sebaiknya peserta didik dilibatkan seoptimal mungkin. Biarkan peserta didik memilih evidence terbaik mereka. Guru, sebagai fasilitator, hendaknya akan memberikan arahan sehingga peserta didik dapat dengan tepat memilih evidence terbaik. Partisipasi peserta didik dalam proses seleksi memberikan kesempatan kepada mereka untuk merefleksikan karya mereka. Selain bimbingan dalam pemilihan, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya kesepakatan antara guru dengan peseerta didik tentang kriteria penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil kerja pilihan peserta didik.
Stenmark (1991) menyarankan proses seleksi untuk meningkatkan partisipasi dan kepemilikan peserta didik dan juga partisipasi guru. Peserta didik memilih dan meyatukan semua pekerjaan mereka dalam dokumentasi portofolio. Mereka menulis sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan mereka, menjelaskan mengapa peserta didik melakukan seleksi, atau menjelaskan indikator yang hendak dicapai. Guru kemudian menseleksi evidence peserta didik lalu memberikan saran dan pendapat kepada peserta didik. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada guru dan peserta didik dalam memilih evidence peserta didik yang diharapkan dapat memenuhi kompetensi dasar maupun indikator pencapaian hasil belajar.
2.8 Tahapan Refleksi Dalam Penilaian Portofolio
Refleksi (reflection) adalah proses yang paling penting dalam penilaian portofolio. Tahapan ini membedakan dengan jelas antara portofolio dengan sekadar koleksi. Refleksi acapkali dilakukan dalam bentuk tulisan, tetapi juga dilakukan dalam bentuk lisan, khusunya pada peserta didik di jenjang pendidikan dasar. Kepada peserta didik ditanyakan alasan mengapa mereka memilih evidence tertentu untuk dinilai, bagaimana membandingkan antara satu evidence yang dipilih dengan yang tidak dipilih, kemampuan dan pengetahuan khusus apa yang digunakan untuk memilih dan menghasilkan evidence tertentu, dan dimana atau kapan mereka dapat meningkatkan kemampuannya sebagai sebagai peserta didik. Hal yang penting pada tahap ini adalah peserta didik harus aktif dalam penilaian. Peserta didik dapat melakukan pengawasan secara langsung pada kualitas kemampuan mereka dan mengenal secara jelas peningkatan yang diperlukan.
2.9  Pertemuan, Sumber, dan Pengorganisasian dalam Penilaian Portofolio
Langkah efektif untuk melakukan penilaian portofolio adalah pertama guru dan peserta didik harus secara jelas menentukan tujuan, kemudian mengidentifikasikan koleksi berupa portofolio, yaitu evidence peserta didik, refleksi, pengamatan guru, dan catatan pertemuan antara guru dengan peserta didik. Berikutnya guru harus mengembangkan prosedur seleksi dan prosedur penilaian untuk menjaga agar isi portofolio sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang terdapat di dalam kurikulum. Selanjutnya, setelah rancangan dan pengembangan, penilaian portofolio selesai maka langkah selanjutnya adalah menentukan tahap penilaian. Tahap penilaian ini dimulai dengan evidence, yaitu semua hal yang berkaitan dengan objek penilaian portofolio.
Agar penilaian dapat berlangsung secara objektif, jujur, dan transparan, ada perlunya guru melakukan pertemuan pertemuan dimaksud adalah berupa diskusi antara guru dengan peserta didik untuk menentukan hal-hal yang menjadi objek penilaian, kriteria, dan penilaian portofolionya sendiri. Menurut Venn (dalam Surapranata, 2004) menyatakan bahwa pertemuan antara guru dengan peserta didik merupakan sesuatu yang esensial dalam penilaian portofolio. Dalam proses pembelajaran guru diharapkan dapat mengadakan pertemuan portofolio secara teratur dengan setiap peserta didik, sekurang-kurangnya 2 atau 3 kali selama satu semester. Pertemuan tersebut adalah untuk mendiskusikan tentang berbagai hal berhubungan dengan penilaian terhadap evidence yang telah dikumpulkan oleh peserta didik, evidence yang baru dimasukkan, dan apa saja yang dapat dipelajari dalam proses yang dijalani oleh peserta didik.
1.         Pertemuan guru dengan peserta didik
Penilaian portofolio dilakukan mengacu kepada kriteria yang telah ditentukan dan dikomunikasikan kepada peserta didik dan menggunakan format penilaian yang telah ditetapkan dengan memperhatikan juga perbedaan-perbedaan individual. Penilaian bukan hanya dititikberatkan pada hasil pencapaian akhir, tetapi juga harus diperhatikan proses perkembangan yang dialami dan usaha yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik. Oleh karena itu, mungkin saja terjadi hasil pencapaian akhir sama, namun nilainya berbeda, karena usaha yang dilakukan atau proses perkembangan yang dialami oleh peserta didik berbeda. Untuk mencapai kepemahaman antara kriteria yang telah ditentukan dengan evidence peserta didik, perlu dilakukan pertemuan. Pertemuan regular antara guru dan peserta didik menyajikan rencana untuk penilaian diri yang dilakukan peserta didik. Pertemuan bertujuan untuk melihat perkembangan peserta didik lebih awal dan apabila dipandang perlu memberikan masukan kepada peserta didik. Selama pertemuan, guru memberikan perhatian penuh pada pemilihan evidence peserta didik.
Pertemuan portofolio dimaksudkan agar apa yang dihasilkan peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator. Namun demikian, proses pengumpulan (collecting), refleksi (reflecting), dan diskusi tidak selalu menjamin kualitas evidence portofolio peserta didik. Kegunaan portofolio kerja menolong guru untuk membuat secara terus-menerus, penilaian secara informal tentang kemajuan peserta didik yang bergantung kepada sebagaimana bagus isi portofolio yang menggambarkan hasil belajar. Selama guru mengadakan pertemuan, guru juga perlu mempersiapkan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik lain, yang sedang tidak terlibat dalam pertemuan dengan guru. Seyogianya kegiatan pertemuan ini tidak mengganggu proses pembelajaran, karena merupakan rangkaian kegiatan integral dengan keseluruhan proses pembelajaran.
Pertemuan portofolio memungkinkan guru untuk menentukan prioritas kompetensi dasar yang hendak dicapai. Apa yang harus dilakukan kemudian, apa yang harus dipelajari kemudian.  
2.         Pertemuan guru dengan orang tua
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian portofolio adalah perlu dilibatkannya orang tua/wali peserta didik. Penilaian portofolio dilakukan dengan mengacu kepada kriteria yang telah ditentukan dan dikomunikasikan kepada peserta didik, tetapi dengan tetap memperhatikan perbedaan individual. Penilaian portofolio tidak hanya dititikberatkan pada hasil pencapaian akhir dari bahan-bahan yang dikumpulkan, tetapi juga perlu diperhatikan proses perkembangan yang dialami dan usaha yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik.
Pada akhir tahun pelajaran diadakan pertemuan dengan orang tua atau wali peserta didik dan dalam kesempatan tersebut orang tua dapat melihat dan dikomunikasikan tentang informasi yang terdapat dalam berkas portofolio anak mereka. Orang tua juga perlu dimintakan tanggapan mereka terhadap informasi yang diperoleh dari berkas portofolio. Kegiatan ini dipandang penting dalam rangka melibatkan partisipasi orang tua dan meningkatkan kerja sama dengan orang tua dalam rangka pendidikan anak.
3.         Melibatkan kawan belajar
Secara teratur, misalnya satu atau dua minggu sekali peserta didik dapat diberi kesempatan untuk saling bertukar berkas portofolio dengan kawan sekelas selama kurang lebih 5 sampai 10 menit. Peserta didik diberi kesempatan untuk saling melihat dan menuliskan catatan positif atau saran konstruktif apabila menurut mereka memang perlu. Hal ini merupakan salah satu hal yang cukup positif dalam rangka mengembangkan pendapat peserta didik terhadap evidence orang lain.
Sebagaimana telah disebutkan dalam pasal mengenai keaslian sumber evidence, evidence yang digunakan dalam portofolio dokumentasi mungkin berasal dari portofolio kerja, catatan guru, dan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Salah satu metode yang berguna untuk memilih evidence peserta didik pada portofolio dokumentasi adalah spotlighting. Olsen (1994) dalam Surapranata mengajukan dua metode untuk mengorganisasikan portofolio evidence peserta didik. Guru dan peserta didik menempatkan seluruh evidence peserta didik ke dalam tempat tertentu misalnya di suatu sudut ruangan, atau folder tertentu dalam lemari. Guru menyeleksi semua evidence peserta didik yang akan dimasukkan ke dalam portofolio dokumentasi. Setiap hasil pekerjaan peserta didik yang bersifat penilaian baik yang memiliki dokumen fisik (seperti ulangan, tugas, pekerjaan rumah) maupun tidak memiliki dokumen fisik (misalnya menyanyi) harus dicatat dalam buku catatan harian peserta didik atau daftar nilai peserta didik. Dengan demikian tidaklah cukup hanya mengumpulkan dokumen-dokumen pembelajaran ke dalam bendel portofolio, tetapi harus juga mencatatnya sebelum memasukkan ke bendel portofolio. Catatan harian peserta didik ini yang akan menjadi dasar penilaian, sedangkan portofolio akan mendukung sebagai bukti penilaian.
Penyimpanan dan pengambilan kembali koleksi kerja peserta didik dalam portofolio dapat menjadi masalah besar ketika jumlah peserta didik banyak dan hasil karya peserta didik tak terhitung jumlahnya. Tambahan lagi, apabila jumlahnya sangat banyak seperti audio/video, poster, lukisan, brosur, dan lain sebagainya perlu disimpan dan mudah diakses akan menimbulkan masalah. Dunia teknologi dewasa ini dapat menolong dengan mudah untuk melakukan hal semacam ini. Diagram berikut menunjukkan salah satu contoh pengorganisasisan hasil evidence.







 

























Tahapan paling akhir dalam penilaian portofolio adalah koneksi (connection). Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam tahap koneksi, yaitu: 1) koneksi antara yang peserta didik hasilkan (evidence) dengan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator); 2) koneksi antara yang peserta didik hasilkan dengan dunia luar, di luar kelas. Hubungan antara portofolio peserta didik dengan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator) dapat menunjukkan bagaimana mereka menuangkan pengetahuan dan kemampuannya. Pada tahap ini peserta didik diajak untuk bertanya kepada diri mereka sendiri, misalnya: 1) mengapa kita melakukan semua ini?; 2) untuk apa kita lakukan semua ini?; 3) adakah hubungan antara apa yang dihasilkan dengan apa yang telah dipelajari?. Dengan koneksi ini diharapkan peserta didik memahami kurikulum lebih mendalam. Mereka dapat menilai sendiri apakah tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum telah dicapai atau belum. Hubungan antara portofolio peserta didik dengan dunia luar, di luar kelas, ditujukan untuk memperlihatkan evidence mereka pada dunia luar seperti kepada kelompok, guru, orang tua, masyarakat atau komunitas lain. Melalui kegiatan ini peserta didik dapat: 1) menunjukkan evidence mereka pada dunia luar; 2) mempertahankan evidence mereka; 3) berdialog dengan dunia luar (peserta didik lain, orang tua, masyarakat, dan komunitas lainnya) untuk mempertahankan gagasan mereka atau bahkan memperoleh gagasan baru; 4) belajar berdebat; 5) memperoleh pujian dan sekaligus kritikan terhadap hasil karya mereka; 6) memperoleh pengalaman yang tak ternilai harganya.
Beberapa pertanyaan yang dirancang untuk menolong guru untuk mengenal koneksi dalam merancang dan mengimplementasikan penilaian portofolio.
1.        Setelah peserta didik melakukan koleksi, seleksi, dan refleksi, apa lagi yang harus dilakukan?
2.        Bagaimana kita mengevaluasi efek komulatif dari proses portofolio?
3.        Adakah kemungkinan peserta didik menunjukkan efek komulatif ini?
4.        Haruskah portofolio peserta didik dipamerkan dalam eksibisi tertentu?
5.        Siapakah yang akan menjadi audience eksibisi tersebut, guru, kelompok peserta didik, orang tua, masyarakat, politisi, pelaku bisnis, pers, atau yang lainnya?
6.        Kapan dan dimana eksibisi dilakukan? Apakah eksibisi akan dilakukan di sekolah atau di gedung terbuka sehingga semua orang dapat menyaksikan portofolio peserta didik.
7.        Apakah eksibisi dilakukan untuk semua peserta didik atau peserta didik pada akhir jenjang pendidikan saja?
8.        Apakah eksibisi dilakukan untuk peserta didik perorangan, kelompok, sekolah, atau gabungan dari ketiga unsur tersebut?
9.        Adakah petunjuk untuk melaksanakan eksibisi seperti:
a)        Lamanya eksibisi;
b)        Daerah untuk melaksanakan eksibisi;
c)        Pihak yang diundang;
d)       Pihak-pihak yang harus memberikan sambutan baik dalam pembukaan ataupun penutupan;
e)        Tiket masuk;
f)         Keamanan dan kebersihan;
g)        Pengaturan tempat untuk eksibisi, siapa, dimana tempatnya;
h)        Dan hal-hal teknis lain yang diperlukan dalam eksibisi.
10.    Akankah eksibisi dievaluasi?
Siapakah yang akan melakukan evaluasi dan apa kriterianya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar